Pada bulan September 2000, para pemimpin dunia berkumpul di markas besar PBB di New York untuk mengadopsi Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), yang merupakan serangkaian delapan target ambisius yang bertujuan untuk memberantas kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di seluruh dunia pada tahun 2015. Selama 15 tahun berikutnya, kemajuan signifikan telah dicapai untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, namun masih terdapat kesenjangan dan kesenjangan.
Ketika tenggat waktu MDGs semakin dekat, diskusi dimulai mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya. Pada tahun 2015, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030, yang mencakup serangkaian tujuan baru yang dikenal sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Tujuan-tujuan ini dibangun berdasarkan kemajuan yang dicapai dalam MDGs dan bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada, termasuk kemiskinan, kesenjangan, perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan.
Salah satu komponen utama SDGs adalah Tujuan 10, yang berfokus pada pengurangan kesenjangan di dalam dan antar negara. Untuk mencapai tujuan ini, penting untuk mengatasi akar penyebab kesenjangan, termasuk diskriminasi, eksklusi, dan kurangnya akses terhadap layanan dan peluang dasar. MDG99, juga dikenal sebagai “Cetak Biru untuk Kemajuan dan Kesetaraan Global,” adalah kerangka komprehensif yang menguraikan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai kesetaraan dan inklusivitas yang lebih besar di semua aspek masyarakat.
MDG99 didasarkan pada prinsip bahwa semua individu mempunyai hak atas kesempatan dan akses yang sama terhadap sumber daya, tanpa memandang latar belakang atau keadaan mereka. Hal ini mencakup target dan indikator khusus untuk mengukur kemajuan dalam mengurangi kesenjangan dalam pendapatan, pendidikan, layanan kesehatan, dan bidang-bidang utama lainnya. Cetak biru tersebut juga menyerukan kebijakan dan program yang mendorong inklusi sosial, keberagaman, dan pemberdayaan kelompok marginal, seperti perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas.
Salah satu strategi utama yang diuraikan dalam MDG99 adalah mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan penciptaan lapangan kerja. Dengan berinvestasi di bidang pendidikan, pelatihan keterampilan, dan peluang kewirausahaan, suatu negara dapat menciptakan perekonomian yang lebih adil dan berkelanjutan yang memberikan manfaat bagi seluruh anggota masyarakat. Selain itu, upaya untuk meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, perlindungan sosial, dan layanan penting dapat membantu mengurangi kesenjangan dalam hasil kesehatan dan kualitas hidup.
Aspek penting lainnya dari MDG99 adalah pengakuan akan sifat ketimpangan dan keberlanjutan yang saling berhubungan. Mengatasi degradasi lingkungan, perubahan iklim, dan penipisan sumber daya alam sangat penting untuk memastikan masa depan yang lebih adil dan sejahtera bagi semua orang. Dengan mendorong praktik pembangunan berkelanjutan dan membangun masyarakat yang berketahanan, negara-negara dapat mengurangi dampak negatif tantangan lingkungan terhadap kelompok rentan dan mendorong distribusi sumber daya yang lebih adil.
Kesimpulannya, MDG99 menawarkan pendekatan yang komprehensif dan holistik untuk mencapai kemajuan dan kesetaraan global. Dengan mengatasi akar penyebab kesenjangan dan mendorong kebijakan pembangunan inklusif, negara-negara dapat berupaya mewujudkan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan untuk generasi sekarang dan masa depan. Pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan sektor swasta harus berkolaborasi untuk menerapkan strategi yang digariskan dalam MDG99 dan memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang tertinggal dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi semua.
